Kamis, 21 Januari 2016

3 YANG MENGUBAH MANUSIA

Hasil gambar untuk simpanse

Menurut Ratih Ibrahim, psikolog dari Personal Growth, sifat dasar manusia sebetulnya tak akan banyak berubah. Sifat dasar adalah sifat bawaan di mana pemiliknya merasa paling nyaman di dalamnya. Sifat dasar juga tidak bisa dinilai positif atau negatif. Sebagai contoh, seseorang yang pada dasarnya tak suka banyak bicara, meskipun pada saat-saat tertentu ia bisa saja fasih bicara –misalnya dalam rapat atau saat presentasi-- ketika kembali ke rumah, biasanya ia akan kembali ke sifat aslinya yang pendiam. Karena pada dasarnya ia memang lebih nyaman berdiam diri daripada berbicara. Sebaliknya, seseorang yang dasarnya periang, ekstrovert dan senang ngobrol, kemungkinan besar akan stres berat bila diharuskan duduk manis dan tutup mulut selama lebih dari satu jam. 

  Yang bisa berubah, termasuk secara drastis, adalah kemasan luar, sikap, serta cara berpikir kita. Antara lain penampilan fisik, sikap, kematangan,  wawasan, dan ideologi.     Lantas, mengapa seseorang akhirnya memutuskan untuk berubah atau mengubah dirinya? Ratih mengungkapkan, ada banyak faktor yang mendorong seseorang menuju perubahan itu. Antara lain:


Trauma atau pengalaman buruk di masa lalu yang terus menghantui

 Dalam hal ini termasuk rasa dendam, iri, atau sakit hati yang sebelumnya hanya bisa Anda pendam sendiri di dalam hati. Misalnya, saat duduk di SMA, ketika Anda naksir seorang pria teman sekelas yang tampan dan pintar, sang pria idaman ternyata lebih memilih teman Anda yang cantik dan lincah, ketimbang Anda yang cerdas tapi berpenampilan fisik biasa-biasa saja. Jangankan perhatian Anda ditanggapi oleh si pria, dilirik sedikit pun tidak.     Atau, diam-diam Anda menyimpan rasa iri melihat teman-teman sekelas memakai sepatu dan tas bermerek ke sekolah. Anda ingin sekali memiliki semua barang mahal itu agar 'diakui' sebagai bagian dari geng populer di sekolah. Tapi apa daya, orang tua Anda berekonomi pas-pasan.         Semua rasa tidak puas dan sakit hati itu lantas melekat di hati Anda, sehingga menimbulkan obsesi dan rasa 'dendam', yang suatu saat ingin Anda lampiaskan entah dengan cara apa. Anda jadi terpacu untuk membuktikan diri bahwa suatu hari nanti Anda bukan lagi seorang 'anak itik buruk rupa' atau 'anak miskin' yang tidak diperhatikan siapa pun.


Obsesi

 Mungkin ketika kecil Anda terkagum-kagum melihat tante Anda –yang bekerja sebagai pramugari-- sering wira-wiri ke luar negeri, sementara Anda sendiri ke luar kota saja jarang. Atau, Anda sering membaca kisah dan perjuangan hidup tokoh-tokoh terkenal dengan segala kehebatannya –berikut cara mereka meraih semua impian mereka--  yang membuat Anda terkagum-kagum dan terinspirasi. Rasa kagum itulah yang akhirnya menimbulkan dorongan untuk melakukan perubahan dalam diri Anda dan mulai meraih mimpi-mimpi Anda.


Cobaan hidup 

 Sejak kecil hingga menikah beberapa tahun, hidup Anda bak putri raja. Orang tua berada, suami penuh perhatian, keuangan mantap, karier lancar. Namun, ketika anak-anak lepas balita, suami Anda lumpuh total akibat suatu kecelakaan. Karena orang tua sudah meninggal, Anda harus turun tangan sendiri mengatasi berbagai masalah kehidupan. Mulai dari mencari nafkah untuk keluarga, mendidik anak-anak, merawat suami, hingga mencari cara untuk menghibur diri sendiri. Semua cobaan itu perlahan-lahan mengubah diri Anda, dari semula putri raja yang manja menjadi wanita yang tegar dan tangguh.
Ketiga faktor di atas memang bisa memberi pengaruh yang berbeda-beda pada setiap orang. Bagi sebagian orang, akan membuat mereka terdorong bahkan terpacu untuk berubah ke arah yang positif. Tapi bagi sebagian lagi justru ke arah sebaliknya. Misalnya, mereka malah menjadi frustrasi, apatis, atau  terjerumus ke perbuatan-perbuatan negatif yang merusak diri sendiri, misalnya menjadi pecandu narkoba. Atau, terdorong untuk meraih kekayaan dengan  cara instan meskipun harus melanggar hukum dan moral. Misalnya, menjadi 'wanita piaraan' seorang konglomerat atau melakukan tindakan korupsi.  



Tidak ada komentar:

Posting Komentar